12/23/2014

Menutup tahun volume 0,5

Waktu menggelinding cepat tanpa ragu, meninggalkan memori-memori yang kelak mungkin dirindu. Tahun ini saya menginjak dua puluh satu, dan masih memiliki setahun lebih lagi untuk menyelesaikan masa kuliah.

Setahun lagi ya.. terdengar lama namun kadang rasanya cuma sekerjap mata. Banyak rencana yang saya buat untuk menuju kehidupan nyata pasca-sarjana, namun yah itu, masih labil, berubah-rubah bagai cuaca. Ingin kerja lah, ingin lanjut kerja lah, ingin keliling dunia lah, ingin kerja sukarela lah, banyak sekali wacana.
Dasar memang aku pemimpi ulung, terlalu banyak mimpi tapi masih takut memulai langkah kaki.
But again ; que sera, sera. whatever will be, will be. the future is not ours to see. Semua masih misteri, walau bisa diubah namun masih tetap tak terprediksi. Seperti 2014, yang saya buka dengan terlalu banyak air mata namun masih ada tawa ikhlas terselip disana.
Teman yang datang dan pergi, penghianatan dalam dari orang tersayang dan terhormat, tempat-tempat baru yang ternyata bisa mencuri hati, datang kondangan teman pertama kali, merasakan yang namanya magang, patah hati tak terperi, belajar memalsukan emosi, banyak sekali.

Semua berubah, semua fana, semua punya asam-manis nya. Namun juga ada yang tetap tinggal, tetap menguat dan terikat, ada juga faham baru yang lebih ideal untuk saya aplikasikan, ada juga hati yang lebih tahan banting, melahirkan seorang saya yang lebih berhemat air mata.

Dulu saya kira 2013 adalah tahun terberat dan terbaik saya, ternyata saya salah 2014 lebih mengejutkan saya, menampar saya dan menonjok saya namun juga melambungkan dan memanjakan saya dengan arti kebahagiaan sejujurnya. Entah apa yang 2015, 2016 selanjutnya berikan pada saya, entah, yang pasti itulah kehidupan, semakin tambah bilangan seharusnya semakin dewasa, semakin bijaksana.

Mungkin sebenarnya terlihat tak banyak yang berubah, mungkin ada yang merasa saya terlalu berubah, mungkin banyak kemungkinan untuk berfikir "Mungkin..." tapi saya tanamnkan saja dalam kepala, mungkin inilah jalannya, jalan seorang saya, diberikan secara terencana oleh Yang Kuasa. Untuk menggembleng saya agar belajar melihat dari segala arah, belajar mengenal dan melupakan, belajar tertawa ditengah tangisan, belajar prihatin ditengah kegembiraan.

2014 tinggal 8 hari lagi, 8 hari lagi menuju tutup buku. Target-target baru harus segera disusun, kisah-kisah lalu harus segera ditutup, jurnal tahunan harus segera dibeli untuk menyambut tahun baru dan gratitude-list 2014 saya harus segera dirangkum. Agar saya masih bisa berterimakasih, masih bisa menginjak bumi, masih bisa bersyukur akan detail kehidupan.

11/12/2014

Sekejap mata di Chiang Mai

Pada tanggal 7-9 November 2014 kemaren, dengan modal kenekatan, keberanian dan sejumlah budget yang rada minim saya membulatkan hati untuk melancong sendirian ke sebuah kota kecil di utara Thailand bernama Chiang Mai. Sebenernya tujuan utama saya pengen liat festival Loy Krathong dan Yi Peng gitu dan emang paling terkenal diadakan di kota ini

Dan, yeah, sendirian. Pertama kalinya saya traveling solo secara independen dengan modal sebuah backpack ukuran sedang, yah walaupun cuma 3 hari tapi lumayan mendebarkan lah untuk seorang wanita, first timer, solo pula, ketempat yang you-have-no-idea tentang cara baca dan nyebut bahasanya yang keriting-kerinting bikin kzl :")

Nah, kalau Bangkok di ibaratkan Jakarta, Phuket di ibaratkan Bali, Krabi di ibaratkan Lombok, maka Chiang Mai di ibaratkan Jogja. Kotanya tak seberapa besar, dengan tata kota yang apik, jalan-jalan yang sempit dan warganya yang ramah-hangat-santun. Kotanya kecil, compact, kemana-mana deket malah bisa jalan kaki doang. Dan ada banyak pilihan transportasi seperti taksi, tuk-tuk, songthaew dan sewa sepeda motor (murah banget!)

Kota Chiang Mai dari puncak Doi Suthep (Mount Suthep)

Seperti yang saya bilang sebelumnya tujuan saya utama adalah ngeliat festival Loy Krathong dan Yi Peng. Loy Krathong adalah festival yang diadakan pada saat bulan purnama kedua belas dalam penanggalan Thailand. 
Nah pada saat ini orang-orang Thailand membuat semacam sesajen mini yang berbentuk teratai kecil dengan lilin dan dupaditengahnya, terus sesajen ini nantinya bakal dilepas ke sungai tapi sebelum itu mereka make-a-wish gitu dulu. Dan festival Loy Krathong ini diadakan diseluruh penjuru Thailand dan beberapa bagian di Laos dan Burma. Kalau Yi Peng sendiri sendiri adalah nama lain Loy Krathong di Thailand bagian utara (Lanna). Tapi bedanya kalo Yi Peng ada tradisi seperti pawai kereta-kereta yang dihias cantik dengan bunga-bunga, lampu-lampu dan dekorasi lain dan juga tradisi melepas 'khom loi' atau floating latern, jadi ala-ala film Tangled gituuu, unyu kan :))

Seharusnya langitnya kelihatan penuh khom loi, tapi karena kemakan cahaya lampu kota jadi gak keliatan jelas kalo di foto :")


Seperti yang saya sebutin sebelumnya kalau Chiang Mai itu ibarat Jogja kalo di kita, dan sama persis dengan Jogja, kota ini memiliki banyak tempat wisata bersejarah tersebar disetiap sudut. Terutama temple atau kuil buddha atau dalam bahasa setempat disebut 'wat', bener-bener literally banyak banget kuil disini. Kayak per 200 meter sekali pasti ada wat. Mau ditengah kota kek mau diatas gunung kek pasti ada wat. Dan wat-wat tersebut rata-rata sudah berusia ratusan tahun tapi masih berdiri megah dengan ukiran cantik yang terjaga. Wat selalu dipenuhi pengunjung, baik orang lokal maupun turis darimana-mana, baik untuk beribadah atau cuma mau liat-liat doang.

Saya berkunjung ke beberapa wat paling nge-hits disana. Emang saya pada dasarnya suka wisata sejarah dan budaya dan sesuatu yang gratis-gratis jadi saya sangat menikmati wisata wat yang bisa dibilang yah sejenis wisata religi.


 Wat Chedi Luang, dibangun pada abad ke-14, tingginya 60 meter bwook!

Wat Phra That Doi Suthep, wat-nya mewah en borju. 

Ada yang nyempilin duit di patung Buddha.


Terus saya juga ke Saturday Market-nya Wua Lai yang bukanya dari sore sampe tengah malem. Katanya yang punya guesthouse yang saya inapi Saturday Market gak sebesar dan seheboh Sunday Market (yang gak bisa saya datangin karena saya baliknya hari Minggu siang hikshiks). Jadi saya cuma expect bakal jalan-jalan dikit sambil cari makan. Taunya gede bangeeetttt!!!! Ada kali 1 km meter panjangnya belum lagi yang nyempil di gang-gang sempit. Alhasil pulang-pulang kaki pegal dan dompet terkuras karena belanja over-budget, gakuat liat pernak-pernik ala Thailand yang lucu dan warna-warni ngejreng. Tak lupa dengan perut penuh dan puas makan mango sticky rice dua porsi dan murah meriah.
Karena keadaannya rame banget saya males buat ngeluarin hp atau kamera untuk dokumentasi.

Besoknya selepas check-out dari guesthouse, Thongran's House (recommendeddddd!!!), si mbak yang punyasebut saya Mbak Kibb yang super-duper-baik-banget itu bilang :

"Nanti kalau kamu ada waktu dan rejeki datang lagi yah ke Chiang Mai, jangan sebentar doang, harus lama. Supaya kamu bisa lihat-lihat tempat lainnya lagi. Masih banyak loh. Ajak teman kamu, ajak keluarga kamu."

"Pasti. Datang sendiri aja lagi pun saya nekad kok demi balik kesini lagi."

Siapa yang nekad kalau memang sudah telanjur jatuh cinta sama Chiang Mai ;)


Check juga video 15 detik dokumentasi amatir saya tentang festival Loy Krathong + Yi Peng dan wisata ke wat-wat sekitar dibawah ini!!!





10/25/2014

Review Buku : Gelombang

Gumam di hati : "Ah dasar... bilangnya dulu mau konsisten ngisi blog eh tapi ternyata terakhir kali  ngepost itu bulan Agustus, tepat ulang tahun Indonesia. Ngerasa... gak produktif lo Rin."

Okay lupakan, basa-basi busuk diatas. Di post kali ini saya cuma mau review satu buku, buku yang saya tunggu-tunggu banget kehadirannya semenjak bertahun lalu tepatnya setelah selesai membaca buku terakhir dari seriesnya yaitu : Gelombang oleh Dewi Lestari. #jrengjreng

Belum sampai seminggu umurnya tapi udah kucel,
ketauan deh w joyokk :'>

Sebagai seorang fan, Gelombang bak anak seorang raja nan agung yang dinanti-nanti kelahirannya dan diharapkan kelak bakal sehebat bahkan lebih hebat daripada pendahulunya.
Waktu Ibu Suri a.k.a Dee a.k.a Dewi Lestari mulai ngasih #kode tentang pembuatan Gelombang di instagram beliau sekitaran setahun lalu, saya excited bukan main. Menebak-nebak dan bertanya-tanya siang-malam (agak lebay) tentang buku lanjutan seri Supernova ini. Spoiler-spoiler dari feed instagram beliau membuat saya makin bernafsu menebak-nebak tentang apakah si Gelombang ini, apakah tentang telepati, lucid dreaming, anak indigo, manusia anti-gravitasi, pengendali air ataukah tentang benda-benda kimiawi yang sedap diemut #eh
Sampai akhirnya Gelombang resmi lahir dan bisa diraih di toko buku terdekat pada 17 Oktober 2014. Saat itu saya sedang bervakansi di luar kota dan memang rencananya akan membaca setelah pulang kerumah agar makin berasa kualiti time bersama "dedek baru" ini.
Dan dalam waktu kurang dari 48 jam selesai saya lahap dia sampai habis, berusaha menyerap sebaik mungkin dan akhirnya memutuskan untuk menulis sebuah review.
Yok, mulai!

(note : Ini sinopsis apalagi spoiler. Ini murni opini pribadi seorang Karina. Mau tau ceritanya? Beli dan baca sendiri!)

Buku ini pada dasarnya adalah kehidupan misterius penuh tanda tanya dari tokoh utama, Alfa yang merupakan hasil re-branding dari seorang Ichon. Dan sedikit cerita lama yang tak kunjung usai yaitu kisah Gio yang masih berusaha mencari Diva.
Nah balik ke kisah utama. Karakter Alfa, si cowok Batak yang digambarkan sebagai hotstuff from East, menurut saya entah mengapa perjalan hidupnya nampak terlalu mudah dan lempeng-lempeng saja, tidak se-struggle para pratagonis dari buku-buku sebelumnya. Namun bukan berarti saya jadi pesimis saat bacanya, cerita hidup beliau yang rada nyentrik dan misterius itu yang membuat bertanya-tanya dan gak rela untuk melepas buku itu dari bawah hidung saya.
Kehadiran Si Jaga Portibi sebagai penjaga Alfa dan hubungannya dengan kekuatan tersembunyi yang dimilikinya membuat saya berfikir keras sampai dan membuka laci memori tentang empat buku pendahulu, apakah pernah disebut-sebut, apakah pernah disinggung-singgung sebelumnya.
Dan sampailah saya dipertengahan buku, saat Alfa hijrah ke Jakarta lalu Amerika, di momen itu bisa saya bilang agak menjemukan dan terulur terlalu panjang sehingga saya sempat merasa sedikit ummm... bosan. Tapi, tapi, tapi gak lama kemudian muncul sosok mbak-mbak urban, nampak mapan dan seksi bernama Ishtar muncul dan membawa cinta, nestapa dan tanda tanya besar kepada hidup Alfa dan juga para pembaca. Dan disinilah grafik semangat membaca langsung naik drastis. Cerita pun makin fokus ketujuan dan beberapa karakter baru yang cukup kuat  dan punya peran besar muncul (karena ada banyak karakter kurang penting yang cuma bikin plotnya semakin gemuk dan rada bertele-tele) dan menemani Alfa memecah teka-teki besar tentang masalahnya dan dirinya sendiri.
Benarlah akhirnya, ujung-ujung saya pun terpaksa mengingat kembali apa yang terjadi dari buku-buku terdahulu, yaitu buku pertama dan kedua. Karena mereka disebut-sebut disana, karena katanya mereka memang terhubung satu sama lain (yaiyalah.. makanya jadi series). Sampai saya tiba disatu titik, nyaris diujung buku, dimana terpampang semua penjelasan akan masalah si Alfa, siapa dia, mengapa dia begitu, apa itu yang itu, lalu apa hubungannya sama yang itu, pokoklah itulah. (#gakmauspoiler #pelit #makanyabaca).
Di part penghujung, anda harus siap untuk berusaha memahami 3 peran dan perkerjaan dari peran itu masing-masing. Belum lagi tentang penjelasan akan peran si Alfa akan sebuah "dunia" namun bukan dunia, yang terlalu... dibuat rumit dengan terlalu... terlalu... entahlah seperti berusaha dibuat se-misterius dan se-gak bisa ditebak mungkin oleh pembaca.
Mungkin plot dari buku ini memang mengikuti tema judulnya, Gelombang, sesuatu yang merambat, bergerak dang mengalir. Namun sayangnya aliran plotnya malah bisa dibilang terlalu lemah, terlalu lemah untuk mengiringi si karakter yang seharusnya semakin lama semakin menguat. Belum lagi beberapa hal yang bisa dibilang terlalu ajaib seperti hidup bertahun-tahun secara ilegal (dan sebagai pelajar!!!) di US yang rada bikin pembaca pasti nyinyir atau atleast membatin "Yakaliiiii!" Dan karakter-karakter kanan-kiri yang terlalu banyak... aduh serius deh... kayak kehadirannya itu kalau ditiadakan pun kayaknya gak ngaruh deh.
Kalau saya bandingkan dengan pendahulunya yang maha agung (dan favorite w beud!), Partikel. Gelombang bisa saya analogikan dengan topik yang lagi hot belakangan ; Pilkada langsung ditiadakan, yang menjadi isu besar karena menunjukan kemunduran demokrasi negeri, nah seperti itulah... Gak tega ke Ibu Suri, tapi kudu jujur soalnya saya gak mau Inteligensi Embun Pagi kelak mengecewakan seperti ini :"(

Tapi, bukan artinya Gelombang adalah produk gagal, it's still awesme and worth to read!
Mungkin kalau kamu seorang penggemar berat (benar-benar berat) karya Dee terutama Supernova series kamu pasti faham "rasa" itu, hiks.
Mungkin karena waktu pengerjaan yang tak menahun sehingga yah terlihat rada sketchy overall. Yah mungkin...

Tetapi rasa salut dan bangga saya kepada sosok penulis, Mbak Dewi Lestari, dengan waktu yang bisa dibilang lumayan singkat, beliau mampu mengolah semua sumber dan sistem dengan efisien untuk menghasilkan Gelombang. Setahun men! Setahun! Setahun dan bisa memproduksi sebuah buku plus research sana-sini itu pastilah gak gampang. Dan kedewasaan gaya tulisan beliau yang semakin lama semakin mantap bisa diacungi jempol.

Overall, Gelombang memanglah bagus dan apik, namun tak cukup apik untuk memuaskan nafsu para fans yang sudah menunggu dan menaruh harapan tinggi.
Terlalu banyak yang menggantung, terlalu banyak tanda tanya. Tergantung kamu saja sebagaimana kamu meresapi ini semua, toh setiap orang lagi-lagi punya sudut pandang unik dan
berbeda. Mungkin beberapa orang sudah puas akan penantian mereka, sayang saya gak mudah puas :')

Bagi saya ini bukanlah hal serius yang dapat membuat saya terus bertanya-tanya, menerka-nerka. Gelombang untuk saya mungkin lebih cocok dijadikan teman duduk santai sore sambil minum kopi ketimbang jadi bahan diskusi.


Salam hangat.


8/17/2014

69



17 Agustus 1945 sebuah negara menemukan kemerdekaannya. 
Merah putih berkibar agung, keberanian dan kesucian dipampang nyata. 
Tua-muda bergembira, para tetangga pun ikut bersuka cita. 
Yang gugur maupun yang hidup telah menemukan kebebasannya.
Hari lahirnya bangsa Indonesia.
Nusa dan bangsaku tlah merdeka!

69 tahun berlalu.
Semangat kuno itu masih ada walau kadang bertarung melawan hanyut waktu.
Sejarah panjang itu masih tertulis dan tertanam di nurani-nurani yang baru.
Walau muncul luka-luka baru yang terus menerjang dan terus menderu.
Terus kau merangkak keatas meraih posisi nomor satu.

Sekarang aku sedang tak disana disaat ulang tahunnya.
Aku tak begitu jauh, cuma sedang di negeri tetangga. Tapi bukan main pilunya rindu mendera.
Biasanya pukul 8 atau 9 pagi aku berdiri berbaris mengikuti upacara hari lahirnya.
Biasanya mataku dipenuhi warna putih dan merah keseluruh penjuru negeri.
Biasanya antusiasme itu begitu terasa, mempengaruhi semua indera.
Aku tak begitu jauh, cuma sedang di negeri tetangga. Tapi aku melewatkan semua antusiasmenya

Terpujilah yang bertempur mati-matian demimu.
Doakanlah mereka yang hidup-mati menjagamu.
Sanjungilah mereka yang bercita-cinta mendorongmu maju.
Dan terkutuklah mereka yang berusaha menghancurkan megahmu.
Koruptor, politik kotor, pejabat tak berhati, dan sekutunya yang busuk itu.
Kudoakan mereka makin cepat mati lalu membusuk terkubur nista dan busuk dalam tanahmu.

Aku satu diantara dua ratus lima puluh juta.
Aku cinta padamu sepenuh jiwa.
Selamat ulang tahun Indonesia.
Semoga kau tetap dan akan selalu jaya selamanya.

7/21/2014

21

Dan enam hari yang lalu saya akhirnya menginjak usia 21 tahun. Rasanya baru kemaren tiup lilin angka 17 loh, cepet banget ya.
Umur 21 itu sudah dianggap kategori dewasa, sedangkan saya merasa belum pantas dipanggil orang dewasa. Saya bingung bagaimana jadi dewasa itu dan akhirnya saya gak minta harapan/permintaan/wishes yang terlalu spesifik sama YME buat tahun ini dan kedepannya bertujuan untuk men-dewasa-kan diri sendiri.
Dari situ untuk 21 tahun ini, saya buat 21 goals yang saya targetkan HARUS saya capai sebelum saya menyentuh umur 26. Umur dimana saya berjanji untuk memantapkan diri berstatus "siap menikah" (entah bakal dengan siapa deh yang penting siap) dan itu 5 tahun lagi.

So, inilah 21 goals yang kudu banget bin wajib ain saya checlistkan semua sebelum saya menyentuh umur 26 tahun. (list acak, semuanya adalah prioritas)

1. NAIK GUNUNG
2. BELAJAR DAN MENDAPATKAN SERTIFIKAT DIVING
3. MENGUNJUNGI SEMUA NEGARA DI ASIA TENGGARA
4. BELAJAR MENG-FLEKSIBEL-KAN DIRI (bisa kayang, sikap lilin, yoga, etc)
5. NAIK KAPAL PESIAR
6. IKUTAN INDONESIA MENGAJAR (lulus seleksi atau enggaknya itu urusan nanti)
7. MENCAPAI BERAT BADAN IDEAL
8. AKTIF BERPARTISIPASI KEDALAM ORGANISASI SOSIAL DAN LINGKUNGAN
9. DAPET DUIT DARI NGEJUAL MODEL 3D MODEL ONLINE (turbosquid, cgtrader, etc)
10. IKUTAN WARALABA/FRANCHISE
11. BISA KUAT JOGGING 5KM NON-STOP
12. BISA BELI MOBIL PAKE DUIT SENDIRI
13. MENGUNJUNGI SEMUA PROVINSI DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMATAN
14. SELESAI MEMBACA MINIMAL 60 BUKU LITERATUR
15. SUKSES MELEPASKAN KETERGANTUNGAN PADA NASI PUTIH
16. MENULIS SEBUAH BUKU (terserah deh bisa dipublikasikan atau kagak, yang penting jadi)
17. NONTON KONSER BIGBANG, 2NE1 & SNSD
18. ROADTOUR KECE JAWA-BALI-LOMBOK
19. JADI GURU/NGAJAR
20. KHATAM AL-QUR'AN LAGI
21. KE DISNEYLAND! (yang dimana aja, terserah. at least pernah pergi sekali)

Sekian.
Semoga tercapai.
Nanti saya kabari lagi.
Wassalam.

7/08/2014

Pilpres 2014

Pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden a.k.a pemilu pilpres di Malaysia diadain hari Sabtu ini, 5 Juli 2014. Lebih cepet 4 hari dari pemilu di tanah air.
Akhirnya saudara-saudaraaa, sebagai warga negara yang sudah cukup umur dan terdaftar secara legal saya mendapatkan juga kesempatan merasakan sensasi nyoblos gitu. Men, super excited to de maxx!

Jadilah kalau pemilu di luar negeri, para WNI pastinya punya kesempatan nyoblos juga. Gak kayak di Indonesia gitu ada TPS dimana-mana, pilihan kami sedikit, harus ke KBRI atau gak via pos. Nah kebetulan di Malaysia juga menerapkan sistem seperti itu, cuma ada dua TPSnya yaitu di KBRI sama di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur.

Karena pernah trauma denga kejadian tak menyenangkan dalam mengantri di KBRI (waktu itu mau memperpanjang passport) jadi saya dan teman-teman memutuskan untuk datang pagi buat menghindari antrian.
Eh taunya nyampe KBRI ternyata gak ada antrian sama sekali dan semua prosesnya sangat-amat-cepat!!! Pokoknya totalnya dari pendaftaran, pengambilan kertas suara, nyoblos dibilik suara dan nyelupin jari ke tinta semuanya kurang dari 10 menit, YA 10 MENIT KURANG!!!!
Bener-bener ringkas, cepat, sistematis dan teratur!!! Salute banget buat panitianya.

Keempat bapak-bapak ini terlihat kiclong sentausa di foto kertas suara.

Itu penampakan surat suaranya, alhamdulillah gak ada foto satu calon pun yang hilang kayak isu yang beredar diluar sana.
Degdegan banget waktu udah dapet ni kertas suara. Pas dibuka langsung dikasih senyum 4 bapak-bapak ini seakan mereka berkata "Pilih kami Karina!!!", "Jangan ah, pilih kami aja!!!", "Nanti gaji pekerja dibidangmu kami naikin!!!", "Nanti Bogor - airport Soekarno Hatta kami bangun shinkansen khusus buat kamu!!!". Imajinasi liar, nervous dan ditambah lagi lagi lapar-laparnya bisa menimbulkan fatamorgana yang gak jelas.
Trus pas bagian nyoblosnya saya bingung nyoblos dimana, karena nanti sayang kalau muka calon yang saya pilih jadi rusak yaudah saya coblos nomornya aja. Tak lupa diiringi basmallah dan tercobloslah nomornya itu. Cepat-cepat saya lipat kembali dan masukin ke kotak suara. Ditambah lagi mas-mas dan mbak-mbak panitianya macam memerhatikan gerak-gerik para pencoblos (atau gue aja yang GR) yaudah saya putuskan cepat-cepat kearah meja tinta biru dan mencelupkan dengan_terlalu_semangat jari kelingking saya.
Dan TADAAAAAAA!!! Maka selesailah seluruh prosesi pemilu pertama dalam hidup saya itu. Menyenangkannn :')

Dan tak lupa foto-foto dengan kelingkin biru :3

Demikianlah cerita singkat pemilu saya yang duluan mendahului agan-agan di Indonesia. Mungkin karena pertama kalinya makanya sangat-teramat excited heuheuheu..

Tapi part yang paling saya enjoy overall gak cuma hari-H pemilu itu doang, tapi keseluruhannya dari awal, semenjak pemilu legislatif April lalu selesai terutama.
Saya bener-bener merasa anak bangsa Indonesia sepenuhnya dimana saya mendapat kesempatan bersuara dan menentukan pilihan masing-masing sesuai hati nurani kita. Gak semua orang warga negara lain punya kesempatan kayak kita untuk merayakan kebebasan bersuara, kita rakyat Indonesia itu sangat beruntung tau :))
Perjalanan menentukan pilihan itu sendiri sangatlah menantang dan penuh pasang surut. Saya berusaha menggunakan mindset yang objektif dan logis tapi tetap netral untuk mencerna semua sumber-sumber yang saya dengar, lihat dan baca. Karena itulah panggung politik, penuh sandiwara, jangan lihat cuma dari satu prespektif saja.
Dari galau-galauan mau milih yang mana, kenapa milih yang ini, kenapa bukan yang itu dan banyak tanda tanya lainnya sampai akhirnya pilihan saya jatuh di nomor 2 tapi saya masih berusaha utuk menatap positif dan menghargai pasangan nomor 1 dan pendukung-pendukung beliau. Berusaha walaupun saya punya pilihan namun masih berdiri di garis netral.

Jujur saya sangat bangga dan bahagia bisa ambil bagian dari pemilu presiden kali ini. Setiap momen seperti ngebacaiin link-link yang baik sampai yang tingkat sesat, nontonin debat presiden tiap minggunya, ngekepoin timeline para pendukung 1 dan 2, sampai percakapan "sok tau" tentang pemilu saya dan teman-teman saya dikala makan hampir setiap hari. I embraced that moments.
Saya harap siapa pun yang bakal jadi RI 1 dan RI 2 periode 2014-2019 ini bisa membawa bangsa saya menjadi lebih baik, jauh lebih baik kalau bisa bahkan jadi yang terbaik.
Dan saya, sebagai salah satu pemudi Indonesia berjanji akan selalu berusaha ikut serta dalam pembangunan bangsa.
Merdeka!!!

6/16/2014

Balikpapan

1999
Bagaimana saya bisa lupa kali pertama saya menginjakkan kaki di kota kecil itu. Kala itu saya masih berumur 7 tahun dan masih berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat. Waktu itu, kali pertama orangtua saya membawa saya dan adik saya ke tanah kelahiran Papa saya di Sulawesi Selatan buat merayakan lebaran.
Yah tau deh jalur penerbangan transportasi udara di Indonesia belum terlalu luas jangkauannya pada tahun segitu, dikit-dikit mesti transit dulu karena belum tersedia penerbangan langsung. Jadilah dari Pontianak ke Makassar kami harus transit dulu di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada saat itu juga jadwal penerbangan tidak sefleksibel sekarang, mau gak mau kami harus terpaksa harus menginap di kota Balikpapan dan melanjutkan perjalanan ke Makassar keesokan harinya.
Pertama kali sampai di Balikapan, saya inget banget saya suka sekali bagian langit-langit atapnya yang penuh ukiran kayu dan lampu gantung yang besar-besar seperti di bandara Soekarno Hatta. Kami menginap disebuah hotel di pusat kota, kamar saya berada di lantai yang cukup tinggi jadi bisa melihat pemandangan jalanan dari jendela kamar. Saya inget sekali didepan jendela hotel saya itu mall, terus dibelakang mall-nya laut lepas. Cantik sekali. Malamnya saya laper sekali tapi saya merengek gamau makan makanan hotel. Akhirnya Mama saya membawa saya keluar hotel, berjalan sedikit dan ternyata tepat disebelah hotel itu KFC, sumringah lah saya. Besok paginya kami sudah berangkat kembali ke airport menuju tujuan sebenarnya, Makassar. Saya sedih meninggalkan langit-langit atap penuh ukiran di airport itu dan bau asin air lautnya.

- - -

2005
Setelah pindah dari Kalimantan Barat dan menetap setahun di Bogor, Papa saya dimutasi ke Balikpapan. Saya yang kala itu baru lulus SD dan bakal calon jadi anak SMP merasa gelisah karena bakal pindah lagi ke tempat baru.
Dan akhirnya, saya kembali ke Balikpapan. Kota kecil yang dulu sempat mencuri hati saya dengan bau asin lautnya. Saya melanjutkan studi di SMPN 7 Balikpapan, sekolah SMP serba sederhana dengan kontur sekolah yang unik ; berbukit-bukit, menanjak disana-sini, tangga dimana-mana. Itulah SMP yang paling dekat dengan rumah saya kala itu di asrama polisi yang bagian belakangnya pantai.

- - -

2006 - 2007
Papa saya dimutasi ke kota kecil di bagian utara Kalimantan Timur, kota kecil ini terletak do Kabupaten Bulungan. Saya cari di peta yang tergantung di ruang kelas, tidak ada. Saya buka atlas saya halaman provinsi Kalimantan Timur, tidak ada. Saya panik, takut dan malas kalau memang harus masuk hutan lagi. Dan benar bisa 2 tahun kala itu saya 'masuk hutan', meninggalkan peradaban. Tanjung Selor nama kotanya, pusat kotanya terletak di sepanjang Sungai Kayan. Kotanya super duper mungil dan sederhana dan apa-adanya. 2 tahun saya tinggal disana, bagai bertapa karena buta akan dunia luar, hidup nyaman dikelilingi teman-teman tipikal anak daerah yang sangat kekeluargaan dab bahagia walaupun ketinggalan jauh dalam segala hal.

- - -

2007 - 2011
Kembali ke Balikpapan, meski Papa sempat di pindahkan lagi ke ibukota Kalimantan Timur yaitu Samarinda tapi orangtua saya memutuskan kalau anak-anaknya lebih baik ditinggal saja di Balikpapan dengan alasan kwalitas pendidikan yang lebih baik dan jarak tempuh Samarinda - Balikpapan yang masih rasional untuk bolak-balik seminggu 2 kali.
Akhirnya saya lulus SMP dan bersiap bertarung ke jenjang berikutnya, masuklah saya me SMAN 1 Balikpapan a.k.a Smansa Balikpapan. Sekolah yang idaman dan juara piala adiwiyata. 3 tahun masa SMA saya adalah 3 tahun terbaik selama hidup saya. Dan selama 3 tahun itu juga saya jatuh cinta terlalu dalam kepada kota Balikpapan. Bukan cuma udara asin lautnya atau ukiran di atap bandaranya, tapi juga manusia-manusianya, jalannya, makanannya, pasar-pasarnya, bahasa slangnya, ikan bakarnya, tata kotanya dan lainnya.

Balikpapan bukan hutan doang, sob.

Kota yang memajang disepanjang bibir pantai.

Lampion-lampion iconic di jalanan depan komplek rumah.

Nungguin sunset sambil keliling-keliling nyari angin.

Jalan-jalan sore didekat Lapangan Merdeka, memburu salome. (salome : bola-bola tepung seukuran bakso kecil kalau di jawa biasanya disebut pentol)

Almamater terketje, Smansa Balikpapan.

Sayang sekarang saya dan keluarga udah gak berdomisili di kota mungil ini, so saya gak ada chance buat berkunjung kesana lagi kecuali emang "niat" banget. Kalau kangen sama Tanjung Selor untuk merealisasikan pergi kesana aja udah agak mustahil (jauh men, jauh) jadi kalau kangen saya simpen aja dalem hati tapi khusus buat kota Balikpapan kalau udah kangen banget hati rasanya kayak diperes-peres, diiris-iris terus ditumpahin air jeruk nipis, pedih shayyyy :")
Dan sekarang, saya officially super rindu banget dengan kota bermaskot super unyu ; beruang madu.

6/08/2014

Pilih siapa?

Belakangan ini saya sering banget dapat pertanyaan "Jadi, pilpres kali ini pilih siapa?" dan saya juga bertanya kepada banyak orang (yang sesama WNI) tentang hal yang sama.
Yes, acara 5 tahun sekali ini memang acara yang paling ditunggu-tunggu. Pesta demokrasi ; kampanye sampai ujung negeri, melihat manusia panggung politik beraksi dan hiruk pikuk tebar janji-janji.

Indonesia Box Office 2014 : Prabowo vs Jokowi

Dan tahun ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan hak pilih, man akhirnya man!
Sayang sekali pemilu legislatif kemaren saya gak bisa memberikan hak pilih karena saya lagi terbang balik sebentar ke Bogor sedangkan saya harusnya nyoblos di KBRI Kuala Lumpur. 
Semoga pilpres Juli ini gak ada hambatan sama sekali jadi saya bisa menggunakan hak saya sebagai warga negara Indonesia for the first time in forevaaaa~

Nah soal pilih siapa itu, saya mau sedikit mencurah isi hati saya nih #azek
Beberapa minggu belakangan saya keranjingan nanyain "Pemilu nanti pilih siapa?" ke WNI yang berada di sekitar saya baik itu teman sekampus ataupun mbak-mbak TKW ataupun supir taksi yang awalnya misterius tapi ternyata orang Indonesia yang lama menetap disini. Berikut ini saya rangkumin sedikit hasil wawancara terselubung dan ringkas saya.
(nama asli mereka saya samarkan, percakapan asli tidak dibuat-buat dan diubah oleh saya termasuk part basa-basinya)

1. Bapak Delivery Makanan 1 (BDM1)
Karin : "Bapak ntar pemilu milih?"
BDM1 : "Iya dek, nanti bapak ke KBRI tanggal 5 Juli."
Karin : "Hahahaha, antusias yah Pak. Saya juga pertama kali milih nih."
BDM 1 : "Wahwah, jadi milih siapa ntar? Jokowi atau Prabowo."
Karin : "Gatau nih Pak masih galau (bohong, maaf Pak..) Bapak sendiri milih siapa nih?"
BDM1 : "Saya milih Jokowi lah dek, teman sekampung gitu."
Karin : "Oh Bapak dari Solo juga toh. Jadi gara-gara teman sekampung Pak makanya dipilih?"
BDM1 : "Yah enggak lah. Pak Jokowi itu saya yakin bisa bikin Indonesia lebih baik lagi. Lihat Solo aja jadi begitu, maju dan bagus. Saya aja yang lama gak pulang pas lihat Solo yang sekarang ini jadi kaget dan takjub."
Karin : "Iya sih Pak, Solo sekarang cantik dan tertata. Jakarta juga mulai ada sedikit perbaikan yang lumayan pas Pak Jokowi jadi gubernur."
BDM1 : "Yaudah nanti kamu pilih Jokowi aja yah Rin. Jangan Prabowo ah, serem dan abisius."

2. Mbak-mbak jualan waffle di stasiun LRT
Karin : "Mbak orang mana?"
Si Mbak : "Saya orang Kediri dek. Adek, Indonesia juga? Jakarta?"
Karin : "Saya domisilinya Bogor, Mbak."
Si Mbak : "Ah orang Bogor toh. Ipar saya orang Bogor loh. Kamu udah kerja?"
Karin : "Enggak Mbak, saya lagi magang aja kebetulan kantornya deket sini."
Si Mbak : "Ohhh, magang yah." (Si Mbak mulai gak fokus karena sibuk bikin waffle pesanan saya)
Karin : "Eh Mbak nanti pemilu presiden milih siapa?"
Si Mbak : "Aduh pilih siapa ya... Jujur Mbak masih gatau mau milih siapa dek, belum ada bayangan. Tapi kayaknya Mbak milih Jokowi aja deh, nanti takutnya kalau Prabowo jadi presiden takutnya dia ngajak perang Malaysia. Ntar kalau perang nasib pekerja kayak Mbak gimana dong dek."
Karin : (cuma bisa bales dengan ketawa, Mbak ini terlalu naif :'3)
Si Mbak : "Tapi belum tau juga sih siapa ya, abis Jokowi juga bentukannya lesu gitu."

3. Abang-abang langganan sewa mobil
Karin : "Bang, pemilu milih siapa Bang?"
Si Abang : "Prabowo dong. Tegas. Orang Indonesia yang sekarang butuh pemimpin yang tegas."
Karin : "Oh Prabowo jagoannya toh. Emang kalau Jokowi kenapa Bang?"
Si Abang : "Halah itu lagi, Jokowi itu gak tegas. Dia itu dipaksa aja jadi presiden, paling nanti jadi presiden boneka dia."
Karin : "Tapi kan calon wakilnya Pak JK, Pak JK kan orangnya tegas tuh Bang."
Si Abang : "Itu lagi si JK, kalau dia naik nanti sudah pastilah dia korupsi lagi. Dulu jama SBY dia itu korupsi banyak makanya bisa kaya macam itu." (entah ini gosip darimana)
Karin : "Hahahaha sotoy lo Bang. Gapernah aku nonton berita Pak JK kedapetan korupsi."
Si Abang : " Pastilah dia korupsi tuh. Udah lah Prabowo aja jadi presiden, pasti negara aman. Macam jaman Soeharto dulu."

4. Bapak Delivery Makanan 2 (BDM2)
BDM2 : "Karin nanti pemilu milih siapa?"
Karin : "Hmmmm rahasia dong pak, bapak sendiri milih siapa?"
BDM2 : "Jokowi dong, nomor dua!" (dengan gesture tangan angka dua diangkat dengan wajah antusias)
Karin : "Asik, mantep kali Pak. Emang kenapa Pak milih Jokowi?"
BDM2 : "Kalau presidennya seperti Pak Jokowi pastilah suara rakyat kecil lebih didengar. Lihat aja Jokowi di Jakarta waktu banjir, dia ikut turun lihat para korban."
Karin : "Iya itu sisi positifnya Pak Jokowi. Udah langsung blusukan terus dia gamau dijaga ketat berlebihan kayak pejabat negara lain ya Pak.
BDM2 : "Presiden kan bisa dibilang tugasnya melayani masyarakat negeri yang dipimpinnya juga. Kalau yang melayani maunya diatas melulu gamau turun ke lokasi langsung yah namanya itu sih obral janji aja. Saya lihat sih kalau Jokowi tidak begitu orangnya."

5. Pakcik taksi yang keturunan Indonesia (perantauan Madura generasi ke 3) dan masih suka nontonin berita Indonesia <percakapan ini mix bahasa Indo dan Malay>
PakcikTaksi : "Kamu orang Indonesia kan? July ini ikut pemilu lah ya? Di embassy bukan?"
Karin : "Iya Pakcik nanti saya ikut pemilu juga. Tak pasti pun venue-nya di embassy atau dimana, saya belum ada check lagi."
PakcikTaksi : "Pakcik memang orang sini dah tapi masih sering nonton berita. Taulah Pakcik siapa itu Jokowi siapa itu Prabowo tuh."
Karin : "Wah, serius Pakcik masih uptodate berita Indo?! (langsung excited) Jadi kalau begitu menurt Pakcik siapa yang lebih fit jadi presiden Indonesia?"
PakcikTaksi : "Siapa pun lah, kedua pasang itu mesti yang terbaik dari semua. Asal dia jadi leader yang jujur dan tak korupsi, it's fine. Dan bila pemilunya berjalan jujur dan bersih pun itu pun lebih baik." (Pakcik ini menyinggung tentang kecurangan pemilu yang pernah terjadi di negara beliau ini)
Karin : "Ah betul sekali Pakcik! Memang seharusnya harus transparan dan bersih dan juga bebas koruptor."
PakcikTaksi : "Nanti kamu pilihlah siapa yang jadi favorite kamu. Dan siapa pun yang menang kamu doakan saja dia akan jadi yang terbaik buat jadi presiden Indonesia. Indonesia harus maju. Yang Indonesia maju juga kalian kalian ini lah, yang masih muda."

Nah itulah chit-chat ringan saya dengan beberapa orang WNI dan satu WNA yang masih ke-WNI-WNI-an tentang "pilih siapa?"
Sekali lagi saya gak bermaksud untuk menyanjung atau menjelekkan pihak tertentu apalagi kampanye hitam atau nama bekennya blackcampaign. Semuanya diatas cumalah kisah singkat dan opini masing-masing individu yang harus kita hargai.

Kedua pasang calon yang maju itu tidaklah sempurna, semuanya punya kekurangan dibalik kelebihan luar biasa mereka. Tugas kita yang benar bukanlah menggembar-gemborkan lalu mencerca kekurangannya, lebih baik kita menyanjungkan kelebihan dan prestasinya.
Contohnya gini, misalnya saya adalah pendukung pasangan ABC yang sebaiknya saya lakukan adalah menyebarkan keorang lain tentang kelebihan dan kebaikan pasangan ABC jagoan saya ini dibandingkan saya malah menyebar cerita kurang baik tentang kelemahan pasangan DFG (lawan). Apalagi kalau cerita itu tidak benar alias fitnah semata? Kan kita tahu betul kalau fitnah itu lebih kejam daripada membunuh.
Apalagi dimasa sekarang ini, dimana teknologi sudah maju, apa-apa tinggal share di facebook apa-apa tinggal tweet saja. Menolong sometimes, menyesatkan lots of time. Menyingkapi hal ini kita sepatutnya mesti kritis dan cerdas kepada apa yang kita dengar dan baca, siapa sumbernya dan bagaimana kebenarannya. Jangan sembarang hanyut saja dalam arus media mainstream broh!

Nah kembali ke "Jadi, pilpres kali ini pilih siapa?"
Saya mendukung dan memilih yang ini :)


Kenapa Jokowi-JK? 
Karena menurut saya prestasi lebih penting dari pada visi misi. 
Berdua ini sudah punya bukti, bukan cuma cuma janji. 
Dan ini adalah pilihan hati, bukan dari godaan kanan-kiri.

Bismillah untuk Indonesia yang lebih hebat!!!


Ciao!





Note :
Buat temen-temen yang domisili di Malaysia dan yang belum registrasi buat jadi peserta pemilu, sok atuh check disini --> http://ppln.kbrikl.org/
Jangan lupa ya! Gunakan hak pilih kamu buat Indonesia yang lebih baik :)
Hari gini golput, please deeeehhhh!!! Cupu lo kalau golput!!!
Ingatlah pemuda-pemudi Indonesia kita teh kudu : kritis, cerdas dan optimis + love, peace en gaul!

5/03/2014

kenapa Karin?

Saya sering mikirin sesuatu hal yang kadang sebenarnya gausah dipikirin muluk-muluk.
Hal-hal yang terlalu sepele untuk dipertanyakan dan kalau dikemukakakan/ditanyakan kepada orang lain juga pasti ga ada yang bisa jawab atau bahkan reaksinya "Apaan sih lo mikirin begituan.."
Salah satunya bagaimana sebuah nama itu tercipta. Misalnya kenapa orang sebut kursi itu 'kursi', tapi orang bule nyebutnya 'chair'. Apa sih yang menginspirasi mereka menyebut benda itu sebagai 'kursi'. Terus itu siapa yang pertama kali mendeklarasikan kalau itu namanya 'kursi'. Nah loh, pasti penasaran!!!
Ya mungkin kita gak pernah dapat jawabannya untuk itu semua dan seperti apa kata guru agama di sekolah dulu, "Janganlah kita berfikir melampaui Tuhan." #camkanitu

Sekarang kembali ke soal per-nama-an lagi dan sekarang tentang nama sendiri.
Saya ingat dulu pas TK pernah bercakap-cakap dengan teman-teman saya tentang terciptanya nama barang-barang yang tak kunjung diketahui asal-usulnya dan akhirnya kami berdiskusi dan berkomentar tentang nama masing-masing. Sekiranya percakapan itu seperti ini :

(istirahat pagi sambil nyemilin coklat payung)

Wulan     : "Kalo aku denger nama kamu aku jadi ingat sepeda loh!" (Wulan kepada Ika)
Ika           : "Loh, kok sepeda sih?" (complain ke Wulan)
Devi        : "Kalau aku malah menurutku kalo denger namanya Ika aku inget bunga kembang sepatu."
Wulan     : "Yang ada di khayalanku namanya Devi itu berhubungan denga sepeda yang ada keranjangnya."
Saya        : "Eh, aku setuju kalau namanya Ika agak ke arah kembang sepatu!"
Ika           : "Kalau namanya Karin gimana?" (mendandak nunjuk ke arah saya)
Devi        : "Hmmm Karin ya? Aku kepikiran pensil tulis."
Wulan     : "Kalau aku kepikiran tulisan tapi pake pensil."

- - - Karena ketidakjelasan makna percakapan anak umur 5 tahun, lebih baik tidak saya teruskan..

Percakapan diatas masih sangat melekat dikepala saya, bagaimana kawan-kawan TK saya menerjemahkan nama saya sebagai = pensil.... Jadilah waktu TK sampai SD kelas 2 saya sangat suka mengoleksi aneka jenis pensil. Dari ketebalah H sampai 5B, dari corak bintang sampai gambar kepala hello kitty, dari yang baunya kaya kayu lapuk sampai yang ada harumnya (seperti pulpen harum yang konon katanya ada narkobanya).
I have no idea about what's the meaning behind my name, Karin. Dan dengan jalan fikir anak dibawah 10 tahun sepuluh tahun lampau masih sangat polos, lugu dan naif jadi saya percaya-percaya saja teori teman-teman TK saya itu.
Dan sampai akhirnya entah SD kelas berapa saya bertanya kepada Mama saya tentang nama Karin ini. Ohya nama saya Karina tapi dipanggil dimana-mana Karin (kecuali sama bapak-ibu guru)

Saya         : "Ma, siapa yang kasih nama aku pas lahir dulu?"
Mama      : "Yah Mama dong, makanya keren kan. Kalau Papa yang ngasih mah jangan harap bisa keren."
Saya         : "Memang artinya apa Karin itu?"
Mama      : "Mama juga lupa. Pokoknya pas Mama hamilin kamu Mama lagi suka banget sama Karina Soekarno, anaknya
                Pak Soekarno dari istinya yang orang Jepang ituloh."
Saya         : "Kenapa ngefans banget Ma?"
Mama      : "Habis Karina Soekarno itu cantik banget. Mama ngarepnya kamu secantik dia. Eh ternyata... kamu
                fotokopian bapakmu banget nak."

Ternyata Mama saya terinspirasi dari nama salah satu anak Bung Karno dan alhamdulillahnya bukan Megawati (maaf Bu Mega, bukannya gimana ya Bu, agak kuno). Dan saat itu saya gak tau sama sekali siapa itu Karina Soekarno karena saya gak pernah saya lihat di televisi ataupun koran ataupun majalah. Saya gak ada kebayang sosok cantik jelita seorang Karina Soekarno yang digemari banget oleh si Mama. Man, please pada saat itu internet belum masuk kota-kota kecil.

Dan akhirnya kemarin saya lagi iseng googling tentang sejarah hidup presiden-presiden Indonesia #menyambutpemilu termasuk salah satunya Bung Karno dan terkenanlah saya akan Karina Soekarno dan teori pensil jaman TK itu. Dan akhirnya untuk pertama kalinya saya melihat rupa Karina Soekarno itu......

Karina Kartika Sari Dewi Soekarno

Beliaulah si tante cantik yang dipuja-puji Mama saya. Gak salah sih Mama saya pengen anaknya secantik beliau, cantik banget sih, cantiknya itu cantik anggun yang gak nyantai.
Berat Ma, berat...
Ohya, si tante cantik ini mendirikan yayasan bergerak di bidang sosial dan lingkungan namanya Kartika Soekarno Foundation (klik untuk lihat websitenya).

Nama kan sebuah doa ya, yah inilah doa si Mama supaya anaknya secantik tante Karina Soekarno. Insha Allah ya Ma, doain aja anakmu ini secantik dan sesukses tante Karina Soekarno, AMIN!

Dan inilah arti dari Karin/Karina itu sesungguhnya :
Karina"/Kariːnɑː/"
It is mainly used in Greece, Scandinavia and Poland; when spelt Carina it is used in Italy and Spain.
The meaning of Karina is pure or chaste  
Karina also means "Beautiful" in Italian and "Kind" in Japanese.

So, apa kisah dibalik namamu?

2/23/2014

Puisi Siap Saji - 3

Kali pertama mencoba berkata-kata bukan dalam bahasa ibu. Saya curahkan dua hari untuk menyelesaikannya, menyusun kata-kata, mentranslate dan berusaha memperbaiki tataan kalimatnya. Tapi yah udahlah kalo salah, berarti emang ga bakat puitis bule ala-ala Shakespare.
And I know it's too lame and chessy, toh kan buat ekspres bukan impress :">

- - -

You

There're wrinkles at the corner of your eyes that I like to see when you smile and laugh. Your crispy voice is my personal heroin that could constricting my pupils. Your sarcasm are number one in my top ten. I like you, from the tip of your hairs to tip of your toes.

Your presence could be my four leafed clover and could be my spilled salt. You're my saviour, my burden and my muse.
They called you sun, I agree. Sometimes you are too heartless and burn everything with your flame and sometimes you bring an intimate warmth along those beautiful rays. People loves you, people hate you. So, I do. I hate you when you're too close and too far. I love you when you're too close and too far too. I love you because I love you, I hate you because I love you.
You make me grow, you let me wilt.
Under those stars I pray for you. 
Under that blue sky I think of you.
I was there, in my shadow form, try to catch up with important pages of your life. I am here, now, watching you have found your own heroin, your life-dope. I will always be there, for sunny and stormy days, for nothing to nothing.
I am infatuating you.
And it's true.

1/21/2014

Puisi Siap Saji - 2

Gaya si Kaya Raya

pemuda tinggi melenggang penuh gaya
tas selempang berkelas melintang melintasi bahunya
ujung-ujung bibirnya ditarik keatas, memaksa bersahaja
seakan berteriak memaksa "dunia, lihat saya!"

pemuda tinggi melangkah dengan percaya
menerjang ke lantai teratas, berusaha dipuja-puja
padahal tau apa dia tentang dunia
yang dia tau cuma membakar uang darah tetuanya

pemuda tinggi dengan ketenaran yang maya
bagiku dia cuma tukang pamer semata
tong kosong nyaring bunyinya namun arus derasnya
kuharap nanti dia mati dimakan buaya

1/07/2014

Tahun Baruan di Cameron Highlands

So guys, saya tau tahun 2014 udah dimulai seminggu yang lalu. Tapi saya mau share aja deh tentang hari taun baruan saya sekalian siapa tau bisa jadi refrensi jalan-jalan kalian kan :D

Cameron Highlands itu bisa dibilang Puncak-nya Malaysia tapi luaaaassss banget! Lokasinya udah masuk negeri Pahang. Udaranya sejuk, banyak villa-villa, ada perkebunan teh dan strawberry gitu, Cisarua banget lah!

Dari Kuala Lumpur ke lokasi kira-kira makan waktu 3.5 jam deh, udah include jalanan tol ama jalanan naiknya yang berkelok ekstrim.
Siap-siap cemilan, air, pipis dan pup selagi bisa di rest area, siap-siap tulang ekor pegel dan janga lupa bawa jaket atau sweater atau baju hangat lah, soalnya dinginnya gak nyantai kalo malem.

Dengan modal nekat dan gatau apa yang bakal terjadi, saya dan rombongan ; 14 manusia lainnya dalam 3 mobil meluncur ke lokasi sekitar jam 8.30 malem.
Nyampe Cameron Highland pas banget 12 teng! Saya udah kebelet ke toilet waktu kembang api meletup sana-sini. Trus baru baru nyadar persediaan bensin ketiga mobil udah sekarat sedangkan gaada pom bensin yang buka 24 jam. Aduhai...
Akhirnya ga tidur deh semaleman hari itu, main-main di lobby hotel padahal ga nginep disitu.

Cameron Highlands adalah tempat yang cocok buat "nyepi" nyari ketenangan dari sibuknya ibukota. Kalau malam kotanya totally kota mati, yang buka cuma warteg 24jam.
Idealnya kesini sih 3 hari 2 malam, nginep di hotel ato gak nyewa villa bareng-bareng, bikin api unggun sambil cerita hantu, minum skotenganget-anget sambil liatin gunung berkabut uhh pasti nikmatnya... *makin ngelantur*

 Kalau indomie kuah rasa kari plus wedang jahe pasti lebih pecyahhhhh!!!

Perkebunan sayur, gatau sayur apa aja. Taken before sunrise.

Stroberi enak! Lebih manis daripada stroberi puncak. Sayang lagi ga musim...


Pohon pinus tinggi dimana-mana, langit biru cerah membentang, bikin gamau pulang.

Perkebunan teh Boh, luas banget. Yang punya pasti kaya raya melintir.

Yah begitulah tahun baru saya.
Sederhana, sehat dan ceria!
Happy new year!!!

SIYUBEBS