6/16/2014

Balikpapan

1999
Bagaimana saya bisa lupa kali pertama saya menginjakkan kaki di kota kecil itu. Kala itu saya masih berumur 7 tahun dan masih berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat. Waktu itu, kali pertama orangtua saya membawa saya dan adik saya ke tanah kelahiran Papa saya di Sulawesi Selatan buat merayakan lebaran.
Yah tau deh jalur penerbangan transportasi udara di Indonesia belum terlalu luas jangkauannya pada tahun segitu, dikit-dikit mesti transit dulu karena belum tersedia penerbangan langsung. Jadilah dari Pontianak ke Makassar kami harus transit dulu di Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada saat itu juga jadwal penerbangan tidak sefleksibel sekarang, mau gak mau kami harus terpaksa harus menginap di kota Balikpapan dan melanjutkan perjalanan ke Makassar keesokan harinya.
Pertama kali sampai di Balikapan, saya inget banget saya suka sekali bagian langit-langit atapnya yang penuh ukiran kayu dan lampu gantung yang besar-besar seperti di bandara Soekarno Hatta. Kami menginap disebuah hotel di pusat kota, kamar saya berada di lantai yang cukup tinggi jadi bisa melihat pemandangan jalanan dari jendela kamar. Saya inget sekali didepan jendela hotel saya itu mall, terus dibelakang mall-nya laut lepas. Cantik sekali. Malamnya saya laper sekali tapi saya merengek gamau makan makanan hotel. Akhirnya Mama saya membawa saya keluar hotel, berjalan sedikit dan ternyata tepat disebelah hotel itu KFC, sumringah lah saya. Besok paginya kami sudah berangkat kembali ke airport menuju tujuan sebenarnya, Makassar. Saya sedih meninggalkan langit-langit atap penuh ukiran di airport itu dan bau asin air lautnya.

- - -

2005
Setelah pindah dari Kalimantan Barat dan menetap setahun di Bogor, Papa saya dimutasi ke Balikpapan. Saya yang kala itu baru lulus SD dan bakal calon jadi anak SMP merasa gelisah karena bakal pindah lagi ke tempat baru.
Dan akhirnya, saya kembali ke Balikpapan. Kota kecil yang dulu sempat mencuri hati saya dengan bau asin lautnya. Saya melanjutkan studi di SMPN 7 Balikpapan, sekolah SMP serba sederhana dengan kontur sekolah yang unik ; berbukit-bukit, menanjak disana-sini, tangga dimana-mana. Itulah SMP yang paling dekat dengan rumah saya kala itu di asrama polisi yang bagian belakangnya pantai.

- - -

2006 - 2007
Papa saya dimutasi ke kota kecil di bagian utara Kalimantan Timur, kota kecil ini terletak do Kabupaten Bulungan. Saya cari di peta yang tergantung di ruang kelas, tidak ada. Saya buka atlas saya halaman provinsi Kalimantan Timur, tidak ada. Saya panik, takut dan malas kalau memang harus masuk hutan lagi. Dan benar bisa 2 tahun kala itu saya 'masuk hutan', meninggalkan peradaban. Tanjung Selor nama kotanya, pusat kotanya terletak di sepanjang Sungai Kayan. Kotanya super duper mungil dan sederhana dan apa-adanya. 2 tahun saya tinggal disana, bagai bertapa karena buta akan dunia luar, hidup nyaman dikelilingi teman-teman tipikal anak daerah yang sangat kekeluargaan dab bahagia walaupun ketinggalan jauh dalam segala hal.

- - -

2007 - 2011
Kembali ke Balikpapan, meski Papa sempat di pindahkan lagi ke ibukota Kalimantan Timur yaitu Samarinda tapi orangtua saya memutuskan kalau anak-anaknya lebih baik ditinggal saja di Balikpapan dengan alasan kwalitas pendidikan yang lebih baik dan jarak tempuh Samarinda - Balikpapan yang masih rasional untuk bolak-balik seminggu 2 kali.
Akhirnya saya lulus SMP dan bersiap bertarung ke jenjang berikutnya, masuklah saya me SMAN 1 Balikpapan a.k.a Smansa Balikpapan. Sekolah yang idaman dan juara piala adiwiyata. 3 tahun masa SMA saya adalah 3 tahun terbaik selama hidup saya. Dan selama 3 tahun itu juga saya jatuh cinta terlalu dalam kepada kota Balikpapan. Bukan cuma udara asin lautnya atau ukiran di atap bandaranya, tapi juga manusia-manusianya, jalannya, makanannya, pasar-pasarnya, bahasa slangnya, ikan bakarnya, tata kotanya dan lainnya.

Balikpapan bukan hutan doang, sob.

Kota yang memajang disepanjang bibir pantai.

Lampion-lampion iconic di jalanan depan komplek rumah.

Nungguin sunset sambil keliling-keliling nyari angin.

Jalan-jalan sore didekat Lapangan Merdeka, memburu salome. (salome : bola-bola tepung seukuran bakso kecil kalau di jawa biasanya disebut pentol)

Almamater terketje, Smansa Balikpapan.

Sayang sekarang saya dan keluarga udah gak berdomisili di kota mungil ini, so saya gak ada chance buat berkunjung kesana lagi kecuali emang "niat" banget. Kalau kangen sama Tanjung Selor untuk merealisasikan pergi kesana aja udah agak mustahil (jauh men, jauh) jadi kalau kangen saya simpen aja dalem hati tapi khusus buat kota Balikpapan kalau udah kangen banget hati rasanya kayak diperes-peres, diiris-iris terus ditumpahin air jeruk nipis, pedih shayyyy :")
Dan sekarang, saya officially super rindu banget dengan kota bermaskot super unyu ; beruang madu.

6/08/2014

Pilih siapa?

Belakangan ini saya sering banget dapat pertanyaan "Jadi, pilpres kali ini pilih siapa?" dan saya juga bertanya kepada banyak orang (yang sesama WNI) tentang hal yang sama.
Yes, acara 5 tahun sekali ini memang acara yang paling ditunggu-tunggu. Pesta demokrasi ; kampanye sampai ujung negeri, melihat manusia panggung politik beraksi dan hiruk pikuk tebar janji-janji.

Indonesia Box Office 2014 : Prabowo vs Jokowi

Dan tahun ini untuk pertama kalinya saya mendapatkan hak pilih, man akhirnya man!
Sayang sekali pemilu legislatif kemaren saya gak bisa memberikan hak pilih karena saya lagi terbang balik sebentar ke Bogor sedangkan saya harusnya nyoblos di KBRI Kuala Lumpur. 
Semoga pilpres Juli ini gak ada hambatan sama sekali jadi saya bisa menggunakan hak saya sebagai warga negara Indonesia for the first time in forevaaaa~

Nah soal pilih siapa itu, saya mau sedikit mencurah isi hati saya nih #azek
Beberapa minggu belakangan saya keranjingan nanyain "Pemilu nanti pilih siapa?" ke WNI yang berada di sekitar saya baik itu teman sekampus ataupun mbak-mbak TKW ataupun supir taksi yang awalnya misterius tapi ternyata orang Indonesia yang lama menetap disini. Berikut ini saya rangkumin sedikit hasil wawancara terselubung dan ringkas saya.
(nama asli mereka saya samarkan, percakapan asli tidak dibuat-buat dan diubah oleh saya termasuk part basa-basinya)

1. Bapak Delivery Makanan 1 (BDM1)
Karin : "Bapak ntar pemilu milih?"
BDM1 : "Iya dek, nanti bapak ke KBRI tanggal 5 Juli."
Karin : "Hahahaha, antusias yah Pak. Saya juga pertama kali milih nih."
BDM 1 : "Wahwah, jadi milih siapa ntar? Jokowi atau Prabowo."
Karin : "Gatau nih Pak masih galau (bohong, maaf Pak..) Bapak sendiri milih siapa nih?"
BDM1 : "Saya milih Jokowi lah dek, teman sekampung gitu."
Karin : "Oh Bapak dari Solo juga toh. Jadi gara-gara teman sekampung Pak makanya dipilih?"
BDM1 : "Yah enggak lah. Pak Jokowi itu saya yakin bisa bikin Indonesia lebih baik lagi. Lihat Solo aja jadi begitu, maju dan bagus. Saya aja yang lama gak pulang pas lihat Solo yang sekarang ini jadi kaget dan takjub."
Karin : "Iya sih Pak, Solo sekarang cantik dan tertata. Jakarta juga mulai ada sedikit perbaikan yang lumayan pas Pak Jokowi jadi gubernur."
BDM1 : "Yaudah nanti kamu pilih Jokowi aja yah Rin. Jangan Prabowo ah, serem dan abisius."

2. Mbak-mbak jualan waffle di stasiun LRT
Karin : "Mbak orang mana?"
Si Mbak : "Saya orang Kediri dek. Adek, Indonesia juga? Jakarta?"
Karin : "Saya domisilinya Bogor, Mbak."
Si Mbak : "Ah orang Bogor toh. Ipar saya orang Bogor loh. Kamu udah kerja?"
Karin : "Enggak Mbak, saya lagi magang aja kebetulan kantornya deket sini."
Si Mbak : "Ohhh, magang yah." (Si Mbak mulai gak fokus karena sibuk bikin waffle pesanan saya)
Karin : "Eh Mbak nanti pemilu presiden milih siapa?"
Si Mbak : "Aduh pilih siapa ya... Jujur Mbak masih gatau mau milih siapa dek, belum ada bayangan. Tapi kayaknya Mbak milih Jokowi aja deh, nanti takutnya kalau Prabowo jadi presiden takutnya dia ngajak perang Malaysia. Ntar kalau perang nasib pekerja kayak Mbak gimana dong dek."
Karin : (cuma bisa bales dengan ketawa, Mbak ini terlalu naif :'3)
Si Mbak : "Tapi belum tau juga sih siapa ya, abis Jokowi juga bentukannya lesu gitu."

3. Abang-abang langganan sewa mobil
Karin : "Bang, pemilu milih siapa Bang?"
Si Abang : "Prabowo dong. Tegas. Orang Indonesia yang sekarang butuh pemimpin yang tegas."
Karin : "Oh Prabowo jagoannya toh. Emang kalau Jokowi kenapa Bang?"
Si Abang : "Halah itu lagi, Jokowi itu gak tegas. Dia itu dipaksa aja jadi presiden, paling nanti jadi presiden boneka dia."
Karin : "Tapi kan calon wakilnya Pak JK, Pak JK kan orangnya tegas tuh Bang."
Si Abang : "Itu lagi si JK, kalau dia naik nanti sudah pastilah dia korupsi lagi. Dulu jama SBY dia itu korupsi banyak makanya bisa kaya macam itu." (entah ini gosip darimana)
Karin : "Hahahaha sotoy lo Bang. Gapernah aku nonton berita Pak JK kedapetan korupsi."
Si Abang : " Pastilah dia korupsi tuh. Udah lah Prabowo aja jadi presiden, pasti negara aman. Macam jaman Soeharto dulu."

4. Bapak Delivery Makanan 2 (BDM2)
BDM2 : "Karin nanti pemilu milih siapa?"
Karin : "Hmmmm rahasia dong pak, bapak sendiri milih siapa?"
BDM2 : "Jokowi dong, nomor dua!" (dengan gesture tangan angka dua diangkat dengan wajah antusias)
Karin : "Asik, mantep kali Pak. Emang kenapa Pak milih Jokowi?"
BDM2 : "Kalau presidennya seperti Pak Jokowi pastilah suara rakyat kecil lebih didengar. Lihat aja Jokowi di Jakarta waktu banjir, dia ikut turun lihat para korban."
Karin : "Iya itu sisi positifnya Pak Jokowi. Udah langsung blusukan terus dia gamau dijaga ketat berlebihan kayak pejabat negara lain ya Pak.
BDM2 : "Presiden kan bisa dibilang tugasnya melayani masyarakat negeri yang dipimpinnya juga. Kalau yang melayani maunya diatas melulu gamau turun ke lokasi langsung yah namanya itu sih obral janji aja. Saya lihat sih kalau Jokowi tidak begitu orangnya."

5. Pakcik taksi yang keturunan Indonesia (perantauan Madura generasi ke 3) dan masih suka nontonin berita Indonesia <percakapan ini mix bahasa Indo dan Malay>
PakcikTaksi : "Kamu orang Indonesia kan? July ini ikut pemilu lah ya? Di embassy bukan?"
Karin : "Iya Pakcik nanti saya ikut pemilu juga. Tak pasti pun venue-nya di embassy atau dimana, saya belum ada check lagi."
PakcikTaksi : "Pakcik memang orang sini dah tapi masih sering nonton berita. Taulah Pakcik siapa itu Jokowi siapa itu Prabowo tuh."
Karin : "Wah, serius Pakcik masih uptodate berita Indo?! (langsung excited) Jadi kalau begitu menurt Pakcik siapa yang lebih fit jadi presiden Indonesia?"
PakcikTaksi : "Siapa pun lah, kedua pasang itu mesti yang terbaik dari semua. Asal dia jadi leader yang jujur dan tak korupsi, it's fine. Dan bila pemilunya berjalan jujur dan bersih pun itu pun lebih baik." (Pakcik ini menyinggung tentang kecurangan pemilu yang pernah terjadi di negara beliau ini)
Karin : "Ah betul sekali Pakcik! Memang seharusnya harus transparan dan bersih dan juga bebas koruptor."
PakcikTaksi : "Nanti kamu pilihlah siapa yang jadi favorite kamu. Dan siapa pun yang menang kamu doakan saja dia akan jadi yang terbaik buat jadi presiden Indonesia. Indonesia harus maju. Yang Indonesia maju juga kalian kalian ini lah, yang masih muda."

Nah itulah chit-chat ringan saya dengan beberapa orang WNI dan satu WNA yang masih ke-WNI-WNI-an tentang "pilih siapa?"
Sekali lagi saya gak bermaksud untuk menyanjung atau menjelekkan pihak tertentu apalagi kampanye hitam atau nama bekennya blackcampaign. Semuanya diatas cumalah kisah singkat dan opini masing-masing individu yang harus kita hargai.

Kedua pasang calon yang maju itu tidaklah sempurna, semuanya punya kekurangan dibalik kelebihan luar biasa mereka. Tugas kita yang benar bukanlah menggembar-gemborkan lalu mencerca kekurangannya, lebih baik kita menyanjungkan kelebihan dan prestasinya.
Contohnya gini, misalnya saya adalah pendukung pasangan ABC yang sebaiknya saya lakukan adalah menyebarkan keorang lain tentang kelebihan dan kebaikan pasangan ABC jagoan saya ini dibandingkan saya malah menyebar cerita kurang baik tentang kelemahan pasangan DFG (lawan). Apalagi kalau cerita itu tidak benar alias fitnah semata? Kan kita tahu betul kalau fitnah itu lebih kejam daripada membunuh.
Apalagi dimasa sekarang ini, dimana teknologi sudah maju, apa-apa tinggal share di facebook apa-apa tinggal tweet saja. Menolong sometimes, menyesatkan lots of time. Menyingkapi hal ini kita sepatutnya mesti kritis dan cerdas kepada apa yang kita dengar dan baca, siapa sumbernya dan bagaimana kebenarannya. Jangan sembarang hanyut saja dalam arus media mainstream broh!

Nah kembali ke "Jadi, pilpres kali ini pilih siapa?"
Saya mendukung dan memilih yang ini :)


Kenapa Jokowi-JK? 
Karena menurut saya prestasi lebih penting dari pada visi misi. 
Berdua ini sudah punya bukti, bukan cuma cuma janji. 
Dan ini adalah pilihan hati, bukan dari godaan kanan-kiri.

Bismillah untuk Indonesia yang lebih hebat!!!


Ciao!





Note :
Buat temen-temen yang domisili di Malaysia dan yang belum registrasi buat jadi peserta pemilu, sok atuh check disini --> http://ppln.kbrikl.org/
Jangan lupa ya! Gunakan hak pilih kamu buat Indonesia yang lebih baik :)
Hari gini golput, please deeeehhhh!!! Cupu lo kalau golput!!!
Ingatlah pemuda-pemudi Indonesia kita teh kudu : kritis, cerdas dan optimis + love, peace en gaul!